MEMBANGUN KERAJAAN HATI
Mereka dan boleh jadi termasuk kita tak akan pernah terpuaskan dalam menggapai nafsu dunia. Selalu saja merasa kurang dan kurang.
Hal demikian akan menjadikan hidup terasa senang namun jauh dari rasa kebahagiaan dan keberkahan.
Marilah membangun kerajaan hati sebelum membangun kemewahan dunia. Hilangkan sifat tamak terhadap apa yang ada dalam genggaman kita. Selalu mencari kelebihan untuk disyukuri, bukan lagi sebaliknya selalu mencari kekurangan.
Dengan demikian kita bisa berbuat banyak atas hak yang kita miliki. Hati menjadi tenang dan damai.
Dengan demikian kita bisa berbuat banyak atas hak yang kita miliki. Hati menjadi tenang dan damai.
Dengan bersyukur kita akan menikmati dan melakukan semua yang diperintahkan Allah. Peduli menjadikan tingkat kepatuhan terhadap perintah dan menjauhi larangan Allah. Inilah yang menjadi tolak ukur Allah untuk membukakan pintu Rahmat kepada kita.
Kesuksesan yang hakiki adalah tercapainya ketenangan, kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan. Ukurannya menjadi sangat relatif. Ukuran yang dimaksud tidak lagi menjadi ukuran dunia atau ukuran sebuah materi belaka. Berkah melampaui ukuran material dunia.
Para ulama mengatakan hakikat hidup sebenarnya adalah kedekatan dan kecintaan kita kepada Sang Pencipta. Jika sudah dekat dengan Allah, cinta kepadaNya menjadikan dunia menjadi sangat kecil dan tiada artinya.
Dikisahkan Umar Bin Khattab pernah menginfakkan kebun kurma yang dimilikinya. Beliau menganggap kebun kurma dan kicauan burung yang ada di dalamnya itu telah menyita waktunya untuk salat berjama'ah.
Sifat Umar Bin Khattab telah sampai pada tahapan menghargai Allah lebih besar dari harga dunia. Bagi beliau dunia bukan lagi ukurannya, dunia menjadi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Allah dan nikmat yang diberikan.
Bahkan seorang Umar Bin Khattab menganggap satu kali sholat berjamaah jauh lebih besar daripada harga dunia yang beliau gambarkan dengan luasnya kebun kurma.
Mari kita instropeksi, begitu mudahnya kita meninggalkan salat berjamaah gara-gara urusan dunia. Kita tega membelakangi Allah bahkan bermaksiat dengan rezekinya. Kitapun rela mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dengan kehormatan, kemuliaan dan harga diri kita gadaikan. Semua demi kekayaan dunia. Kita masih menghiasi pandangan kita dengan dunia.
Mari kita bangun hati untuk menjadi lebih bahagia dengan berbagi kepada sesama. Semoga berkah di dunia dan akhirat nanti. Amin.
Photo by Eric Witsoe an Bheatha on Unsplash
Mari kita bangun hati untuk menjadi lebih bahagia dengan berbagi kepada sesama. Semoga berkah di dunia dan akhirat nanti. Amin.
Photo by Eric Witsoe an Bheatha on Unsplash
0 komentar:
Post a Comment