TEH MANIS: MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN - LAZIS TASYRIF - Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) Semarang

Tuesday, 5 March 2019

TEH MANIS: MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN
Tasyrif, Lazis Tasyrif Semarang,  Lazis Semarang,  Lembaga ZIS Semarang,  Sedekah online,  Zakat online,  lazis jateng,  pengertian lazis, program lazis, Sedekah, zakat,  infaq, wakaf, santunan yatim ,  dhu’afa ,  sosial ,  baksos,
Gula itu selalu manis. Pasti! Manisnya gula selalu mengundang semut untuk mendekat dan menjamahnya ada pepatah yang mengatakan, ada gula ada semut.

Keberadaan gula dengan semut menjadi identik. Gula yang manis, apabila tidak terbungkus rapi, mudah dijamah semut. Wajar kiranya jika kita berpesan kepada 'orang manis' untuk berhati-hati agar tidak hilang kemanisannya.
Layaknya garam, gula juga menjadi teman sehari-hari manusia. Seakan tiada hari tanpa gula dan garam.

Begitulah gula, iya hanyalah satu dari sekian ayat keberadaan Allah Tuhan Yang Agung. Lihatlah, bagaimana gula bisa saling melengkapi keindahan rasa, berpacu dengan garam dan bumbu-bumbu dapur lainnya, 'berkorban' demi apa yang dinamakan kepuasan rasa manusia.

Lukman suka sekali minum teh manis. Menurut penelitian yang pernah didengar Lukman, sendok kecil gula yang dicampur dengan teh manis akan mampu merangsang badan hingga mencapai kesegaran. Apabila diminum pada pagi hari, teh akan mengawali kecerahan, dan apabila diminum pada sore hari, teh manis akan mengembalikan kesegaran setelah kepenatan bekerja.

Dunia itu ibarat gula: Manis. Iya akan mengundang Siapa saja yang ingin mereguknya. Hanya dengan jalan kesabaran dunia terasa indah.

"Dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang yang sabar dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar." (QS. Fushilat, 41:35)

"Dik, Dik, teh manisnya mana?” tanya Lukman kepada istrinya, Maimunah.
”Tehnya sudah dari tadi saya taruh di meja”
"Wah, kok nggak bilang dari tadi"
"Saya udah bilang, aja yang terlalu asyik baca koran!" Lukman beringsut, melangkah ke meja.
"Waduh!" lukman berteriak kecil. Iya tertegun.
"Ada apa?" tanya Maimunah kaget sambil melangkah mendekat.
"Disemutin!"

Teh tersebut dikerubungi semut. Hal biasa. Setelah merefleksikan ungkapan 'di mana ada gula di situ ada semut' rupanya semut-semut itu mendahului Lukman menyeruput teh manis di atas meja.

"Ya sudah" Lukman mengalah. Iya meminta sang istri membuatkan teh manis yang baru.

Satu hal yang membuat Lukman tertegun adalah ketika ia pandangi kerumunan semut itu. Semut yang 'mendahului' Lukman mencicipi teh manis dan semuanya mati. Tidak ada yang tersisa. Benar-benar tidak ada yang tersisa!.

Ada yang mati di pinggir cangkir, ada yang mati di pinggir tatakan cangkirnya, dan yang terbanyak mati di tengah cangkir. Mengambang di atas air teh manis tersebut.

Tiba-tiba ia merasa ada getaran hikmah yang hadir di hatinya. Kesia-siaan. Itulah hikmah yang tersembunyi dari pemandangan pagi itu. Bagi para semut itu, mendapatkan makanan, alih-alih merasakan nikmatnya gula, malah kematian yang didapat.

Semut mau mendatangi teh manis karena 'dengan tak tertulis' dari manisnya gula. Mereka memandangnya sebagai sebuah kenikmatan dan makanan bagi kehidupan mereka, mengabaikan pertimbangan akal.

Hukuman pun merasakan adanya petikan hikmah yang mampu menghujam relung-relung hatinya. Iya sampai pada satu simpulan bahwa demikian pula lah nasib yang akan dialami oleh orang-orang yang mengejar keindahan dunia tanpa mempertimbangkan kehadiran akal dan menafikan keberadaan Allah sebagai pengawasnya.

Apalagi kalau mengejarnya dilakukan secara instan dengan cara memotong kompas. Melaju dengan cepat tanpa perhitungan yang matang, akan semakin lekas pula terampas.

Semoga Allah memberikan kenikmatan hidup kita dengan ridho dan berkahnya. Amin.

Ustadz Yusuf Mansur (Kaya Hati, Kaya Rasa, Kaya Raya)
Photo by Thomas Kinto on Unsplash

0 komentar:

Post a Comment

KONSULTASI HUBUNGI KAMI